Transformasi Warteg



Pada pertengahan tahun 90, Ketika mendegar kata "Warteg" yang seketika muncul di benak kita adalah Sebuah tempat makan yang berantakan, harga murah, lauk pauk terbatas, pengunjungnya adalah pekerja kasar, dan berbagai kesan miring lainnya. Bahkan Sampai ada istilah pada masa itu jika kita makan dengan mengangkat kaki atau gaduh dikatakan "seperti makan di warteg aja"Mungkin benar anggapan orang - orang pada masa itu, namun Warteg telah berhasil bertransformasi dan membranding dan mencitrakan dirinya menjadi sesuatu yang berbeda. 

Transformasi Warted dimulai pada pertengahan 1997, ketika itu Indonesia mengalami krisis ekonomi yang sangat dahysat. Dimulai dari merosotnya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, maka Gelombang krisis pun menyebar dengan cepat. Dampak krisis ini menyebabkan Perusahaan-Perusahaan Swasta satu persatu mulai kolaps dan mengalami kebangkrutan, Ribuan Buruh dan Karyawan menjadi Korban PHK, Harga-Harga Barang melambung tinggi, dll.

Keadan semakin sulit juga dirasakan bagi yang tidak terkena PHK, para karyawan perkantoran harus melakukan penghematan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penghematan Yang sangat signifikan adalah dengan mengurangi anggaran Jajan/makan di luar. 

Jika pada saat sebelum krisis para Karyawan tersebut masih bisa menikmati makan siang di restoran kelas menengah ataun kelas atas, kini harus mengubah polanya. Banyak dari mereka yang membawa bekal dari rumah dan sebagian Memilih untuk "me-Down Grade" tempat makan siang mereka. Sasaran mereka pada masa krisis ini adalah Warung-warung makan yang dekat dengan kantor, dengan menu beragam agar tidak bosan, bisa mengenyangkan perut, dan tentu saja dengan harga yang sangat terjangkau maka, Pilihannya jatuh pada WARTEG! 


Dengan Menu yang cocok dan harga yang pas di kantong, Mulailah Orang-orang Berkemeja Berbondong - bondong memenuhi "Warung Tegal" pada saat makan siang. Menghadapi "Invasi" orang - orang kantoran ini maka Mau tak mau Warteg pun harus mempercatik dirinya


Sebelum Terjadinya Reformasi Pemerintahan Pada Tahun 1998, Rimba Warteg telah terlebih dahulu Bertransformasi dan Mereformasi dirinya menjadi Lebih Humanis. Restrukturisasi mulai Terlihat dari Deretan meja dan kursi yang ditata dengan rapih, Alat-alat makan mulai "diretool" dimana Sendok dan Garpu adalah peralatan yang wajib tersedia, Pemenuhan Tuntutan Rakyat Warteg dipenuhi dengan bertambah banyaknya Pilihan menu Lauk. Jika boleh dibandingkan, bisa jadi Transformasi Warteg jauh lebih sukses dibanding Reformasi 98.  

Sebuah Transformasi yang dilakukan tanpa Komando terjadi di hampir segenap Warteg di Ibukota Dengan atau tanpa sadar telah terjadi sebuah Transformasi secara tersturktur, sistematis dan masif pada sebuah tempat Makan yang sangat penting untuk menunjang produktifitas dari sisi Sumber daya Manusia. 

Dari kesimpelan dan kesederhaannya Inilah salah satu Tempat makan Cepat Saji (FastFood) yang merupakan Produk asli Indonesia, dengan OS (Order System) yang hampir mirip dengan kerja sebuah Tablet canggih masa kini, Tinggal Tunjuk melalui Kaca sesuai menu yang diinginkan maka dalam waktu singkat Hidangan siap untuk disantap. 



Sebuah Kisah Transformasi sukses dari Pola Konsumsi Masyarakat Menengah Ibukota, inilah wajah Warteg yang kita kenal saat ini! Sebuah perubahan tanpa perlu mengobarkan anak bangsa. Semoga Warteg dengan berbagai bentuknya dapat menjadi Brand Nasional yang suatu hari dapat mendunia.. (From Local to Global) 

Suatu Hari nanti, Bisa saja Karena begitu mendunianya, kosakata "Warteg" masuk dalam Kamus Oxford atau Miriam-Webster dengan translasi seperti berikut: 


"Warteg: Food Stall that sells various kinds of healty food with pointing at the food you want as the order system" 


Yaa Mungkin saja, who knows 


Oke, Sekian dulu yaa, karena ngebahas hal ini, perut jadi berasa laper... Yuk NgeWarteg.. :) 


(baca juga ->  Suatu Sore di Warung Kopi  )
Previous
Next Post »
Thanks for your comment

Recent Post

Sample Footer